Monday, December 8, 2008

M

M termenung di saat sore datang, kenapa dia hanya terus begini dalam hidupnya. Sepi tetapi tetap diliputi pikiran yang terus bertanya – tanya. Sunyi tetapi tetap diikuti kerasnya suara hati yang terus berteriak. Sebenarnya apa yang kurang dalam hidupnya? Makan dan minum sepertinya belum cukup baginya untuk merasa puas.
Matahari sudah tidak tampak lagi disaat dia memutuskan untuk mati. Ya, dia telah putuskan itu. Pikiran dan permasalahan yang terus mengganggu telah membuatnya ingin mengakhiri hidupnya saja. Pertanyaan di kepalanya itu hanya seperti bius yang membunuhnya perlahan – lahan. Daripada mati perlahan leih baik diakhiri saja hidupnya. Biar cepat, tak perlu ada rasa sakit.
Di dalam pikirannya sudah tidak ada lagi suatu keinginan untuk bertahan, dia sudah terlalu lelah. Kegagalan – kegagalan yang terus melanda, membuatnya jatuh dan layu. Semangat itu hilang dan terhempas jauh.
Mati. Memang itu satu – satunya cara terbaik, disaat dukungan yang dinantikan tak kunjung datang. Apabila mati, pertanyaan – pertanyaan itu mungkin akan hilang, sekali lagi mungkin. Karena tak pernah dia mengerti apa hakekat dari kematian. Bisa saja disaat dia menjadi roh, pikiran dan pertanyaan itu akan terus mengikuti., itu bisa saja. Tetapi keinginannya untuk mati sudah tidak bisa ditolaknya lagi, dia memang harus mati.
Akhirnya diminum juga racun itu. Gelas yang dipakainya seketika jatuh ke lantai, dan dirinya pun terkapar. Lemas, dingin, galau, sakit. Inilah awal kematian.
Dipejamkannya mata itu, gelap, dirinya mulai merasakan buaian malaikat maut yang mengajaknya untuk tidur. Tidur untuk keabadian.
Jangkrik – jangkrik mulai bernyanyi sendu ketika dia menyadari dirinya yang masih bernyawa, padahal sudah lewat satu jam setelah dia meminum racun itu.
Dia bingung, bagaimana ini?
“Apa memang belum bereaksi” pikirnya.
Akhirnya dia menunggu lagi selama satu jam untuk memastikan apakah racun itu akan bereaksi.
Setelah menunggu ternyata racun itu juga tidak bereaksi juga.
Dia bertambah bingung, jangkrik – jangkrik pun bertambah keras menyanyikan lagu – lagunya, hingga akhirnya dia ditemukan dengan sebuah jawaban yang akan menuntunnya kepada suatu pencarian. Pencarian yang lama dan tidak mudah.
Termenunglah ia akan jawaban itu. Berpikir dan terus berpikir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjalani pencarian itu.
Embun pun mulai berjatuhan disaat pagar kesunyian telah ia buka. Pagar kesunyian yang mengantarkannya ke tempat yang lebih terang, walaupun masih akan banyak kegelapan yang akan menyelubungi. Sesaat penyesalan datang berbentuk air mata,
“kenapa harus kuakhiri hidupku tadi?”
“Hey bangun, ayo berangkat!!” tegas matahari yang sedang menyirami bumi dengan sinar kehidupan.
Dimulailah pencarian itu, pencarian seorang M akan enam temannya, yang akan membuatnya menjadi MANUSIA sejati.

No comments: